Jumat, 16 November 2012

Tips Penulisan dalam Jurnalistik 2 (Lbh singkat)

Diposting oleh Member of Las Vegas A5 di 8:48 PM 0 komentar


  • Gunakan kalimat yang efisien.

Gunakan kata dan kalimat  dengan seefisien mungkin. Kalimat yang panjang, yang memiliki banyak penggalan, selain tidak efisien juga bisa menimbulkan kesalahan para pembaca memahami pesan yang ditulis. Resikonya, kesimpulan yang diambil pun bisa keliru.

  • Tulisan dibuat sejelas mungkin.

Jelas di sini juga berarti jelas pada tiga hal: jelas artinya, jelas susunan kata atau kalimatnya (sesuai dengan  kaidah subjek-objek-predikat-keterangan, dan jelas sasaran atau maksudnya.

  • Bahasa jurnalistik harus menarik.

Bahasa jurnalistik berpijak pada prinsip: menarik, benar, dan baku. Sedang Bahasa Ilmiah merujuk pada pedoman: benar dan baku saja. Inilah yang menyebabkan karya-karya ilmiah lebih cepat melahirkan rasa kantuk ketika dibaca daripada memunculkan semangat dan rasa penasaran untuk disimak lebih lama.

  • Gunakan bahasa yang sederhana.

Hindari menggunakan istilah yang rumit,  yang hanya dipahami maknanya oleh segelintir orang.

  • Jernih.

Tulisan jurnalistik hendaknya transparan, jujur, tulus, tidak prasangka buruk atau fitnah, selain fakta, kebenaran, dan kepentingan publik. Jernih artinya juga tidak menambahkan ataupun tidak mengurangi (menyembunyikan), atapun kekeliruan dalam mencerna fakta yang terjadi.


SOURCE/THANKS TO :
http://pptapaksuci.org/serial-jurnalistik/202-serial-jurnalistik-tips-dasar-penulisan-jurnalistik.html

Tips Penulisan dalam Jurnalistik

Diposting oleh Member of Las Vegas A5 di 8:46 PM 0 komentar

1. Kalimat harus jernih dan komunikatif
Sebuah tulisan terutama yang bersifat berita haruslah jernih sekaligus komunikatif. Jernih dalam arti mudah dipahami dan tidak menimbulkan multi tafsir. Komunikatif dalam arti mampu berbicara kepada pembaca yang tidak menyaksikan langsung sebuah kejadian.
Karena itu, tulisan harus dibuat runtut, sesuai nalar, dan menggunakan bahasa yang lazim dipakai masyarakat banyak. Dengan cara tersebut, pembaca akan mudah mengerti dan mengambil kesimpulan dari berita/artikel/tulisan yang dibaca. Termasuk di dalamnya menggunakan kalimat yang singkat dan efektif.
2. Susunan kalimat tidak harus teratur
Masih ingat dengan pelajaran bahasa indonesia dulu? Salah satu bagian yang paling saya ingat adalah struktur s-p-o-k (subjek, predikat, objek, keterangan). Inilah susunan baku dalam bahasa kebanggaan kita.
Walaupun demikian, sebuah tulisan jurnalistik boleh mengabaikan susunan tersebut. Ini dilakukan dengan alasan utama untuk menjernihkan maksud dari sebuah kalimat.
Jika kalimat hanya sesederhana “saya membeli buku di pasar.” Tentu tidak sulit memahaminya. Akan tetapi jika sudah beranak cucu bahkan cicit akan sulit dipahami pembaca.
Salah satu tips penting adalah menempatkan keterangan dekat dengan yang diterangkan. Atau anda juga bisa mengubah posisi keterangan di depan.
Berikut contoh yang saya kutip dari buku tersebut: “saya dan sanak saudara dari ibuku membersihkan kebun dari pagi hingga siang sedangkan adikku bersama teman-temannya dari akademi perhotelan alengkadiraja makan nasi goreng dan minum sirup jambu kemarin di rumah nenek dekat warung nyak arum.”
Perhatikan bahwa “kemarin” dan “di rumah nenek dekat warung nyak arum” adalah keterangan waktu dan keterangan tempat yang berfungsi menjelaskan seluruh kejadian. Namun kalimat tersebut berpotensi salah tafsir ketika pembaca mengira hanya “adikku bersama teman-temannya yang berada di rumah nenek”. Sedangkan “saya dan sanak saudara membersihkan kebun entah di mana.”
Secara sederhana kalimat tadi bisa diperbaiki:
“kemarin, di rumah nenek dekat warung nyak arum, saya dan sanak saudara dari ibuku membersihkan kebun dari pagi hingga siang sedangkan adikku bersama teman-temannya dari akademi perhotelan alengkadiraja makan nasi goreng dan minum sirup jambu.”
Kemungkinan pembaca tersesat menjadi lebih kecil. Dengan mudah pembaca akan mengetahui bahwa kemarin di rumah nenek yang kebetulan dekat warung nyak arum ada dua kejadian. Kejadian pertama saya membersihkan kebun bersama saudara. Dan kejadian kedua adikku makan nasi goreng dan minum sirup jambu bersama temannya.
3. Sesuai nalar dan logika
Membaca adalah proses mencerna dan memahami. Terdapat nalar dan logika di sana. Seorang penulis yang baik akan membuat tulisan yang sesuai nalar dan logika. Diantaranya adalah hubungan sebab akibat yang secara langsung atau tidak langsung terdapat dalam sebuah kalimat.
Perhatikan contoh berikut: “politisi sipil sekarang banyak yang mengincar militer untuk dicalonkan menjadi kandidat presiden. Ini membuktikan gagalnya pemerintahan sipil.”
Kalimat pertama mungkin sudah benar. Tapi kalimat kedua terasa tidak “nyambung”. Apakah banyaknya calon dari militer mengindikasikan gagalnya pemerintahan sipil? Belum tentu. Bisa ya, bisa tidak. Ada logika yang tidak lengkap di sana.
4. Akurasi
Sebuah tulisan harus akurat, terlebih jika menulis berita yang dijadikan rujukan banyak pembaca. Bayangkan jika anda menulis berisi fakta yang salah, maka kredibilitas akan dipertaruhkan.
Tidak hanya itu, fakta yang tidak akurat bisa membuat informasi dipahami dengan keliru. Akibatnya sebuah berita bukannya menjernihkan permasalahan, malah membuat semakin keruh.
Jadi, jika anda menulis menggunakan fakta dan data, pastikan terlebih dahulu kebenarannya. Jika ragu, konsultasikan kepada pemilik fakta dan data.
Jangan lupa berikan atribusi kepada sumber berita agar pembaca mengetahui siapa yang mengatakan dan dalam konteks apa dikatakan. Ini penting untuk menjadi penulis yang bertanggung-jawab.
Termasuk jika anda mengutip dari buku atau blog lain, cantumkan sumber rujukan yang dipakai.
5. Hukum dm dan md
Masih ingat pelajaran ini? Diterangkan-menerangkan atau menerangkan-diterangkan? Secara umum bahasa indonesia menggunakan pola diterangkan menerangkan. Frasa “rumah makan” adalah rumah tempat orang makan. “rumah” adalah kata yang diterangkan sedangkan “makan” berfungsi menerangkan rumah seperti apa yang dimaksud.
Namun dalam kalimat tulisan dan berita hukum dm bisa lebih rumit ketika yang bergabung tidak hanya kata+kata seperti contoh di atas. Bisa juga yang terjadi adalah kata+frasa, kata+klausa, frasa+frasa, klausa+klausa, atau kombinasi lainnya.
Ketika ini terjadi maka tak jarang pembaca menjadi tersesat dalam sebuah kalimat. Untuk itu tempatkanlah sesuatu yang menerangkan dekat dengan yang diterangkan.
Jika perlu, tempatkan yang menerangkan di depan yang diterangkan jika hal tersebut menghindari kerancuan.
6. Gunakan kata “kecuali” dan “tidak” secara tepat
Kata “kecuali” berfungsi menyisihkan sesuatu dari kelompok. Sedangkan kata “tidak” berfungsi menegasikan sesuatu.
Perhatikan contoh sederhana berikut:
“saya bersedia kau ajak ke mana saja, kecuali ke tempat judi.”
“kecuali ke tempat judi, saya bersedia kau ajak ke mana saja.”
Kedua kalimat bisa dipakai dan mudah dipahami. Akan tetapi secara kejernihan, kalimat kedua lebih baik. Alasannya, pada bagian pertama kalimat disebutkan saya bersedia diajak ke mana saja. Ini menunjukkan sebuah cakupan. Kemudian dikecualikan tempat judi. Dengan demikian seolah-olah saya mau kemanapun, lalu dikecualikan tempat tertentu.
Pada kalimat kedua sesuatu yang dikecualikan sudah disisihkan di awal. Kemudian sisanya baru menyebutkan kesediaan untuk kemana saja selain yang sudah disisihkan di awal tadi.
Perhatikan contoh berikutnya:
“saya tidak suka naik mobil sedan berwarna merah.”
Sepertinya kalimat tersebut mudah. Namun bisa menciptakan multi interpretasi:
Saya tidak suka naik mobil sedan, tapi mau naik mobil jenis lainnya.
Saya hanya tidak suka naik mobil sedan yang berwarna merah, tapi mau naik sedan yang berwarna lain.
Untuk itu tempatkan kata “tidak” sedekat mungkin dengan yang dinegasikan. Prinsip umum kata “tidak” atau “bukan” menegasikan sesuatu yang terdekat setelah kata itu.
Kalimat di atas bisa diperbaiki sesuai maksud sebenarnya yang dikendakai penulis misal:
Saya mau naik mobil bukan sedan berwarna merah (mungkin mau naik truk dan warnanya apa saja).
Saya mau naik mobil sedan bukan berwarna merah (mungkin mau naik sedan berwarna putih atau hitam).
7. Memilih kata dengan luwes
Pemilihan kata (diksi) sangat penting untuk memberikan “rasa” atas apa yang dituliskan. Dalam konteks penulisan, pemilihan kata didasarkan untuk memperjelas, memperkuat dan membuat efektif apa yang ditulis. Pemilihan kata sebaiknya juga sesuai dengan nalar umum.
Oleh karena itu frasa “tambah pendek” kurang pas dengan nalar. Bagaimana mungkin sesuatu yang bertambah menjadi pendek bukannya panjang? Frasa makin pendek atau memendek akan lebih tepat.
Kata “mengatakan” memiliki padanan diantaranya: menyebutkan, menyampaikan, mengungkapkan, menjawab, menyatakan, membenarkan, menegaskan dan sebagainya. Lalu mana yang harus dipilih?
Pilihlah yang memiliki makna paling dekat. Jika yang dikatakan bersifat memperkuat apa yang sudah diketahui sebelumnya, bisa menggunakan kata “menegaskan”.
Jika sesuatu yang dikatakan mengangkat ke permukaan apa-apa yang sudah dilupakan atau diabaikan orang, maka pilihlah “mengungkapkan”.
Jika yang dikatakan berupa jawaban atas sebuah pertanyaan, gunakan kata “menjawab”.
Dengan cara ini, pembaca akan dapat menangkap lebih jelas pesan yang dimaksud seorang penulis.

SOURCE/THANKS TO :

Tips Mading Keren !

Diposting oleh Member of Las Vegas A5 di 8:44 PM 0 komentar

1. Tentukan Karakter MADING
Sebuah MADING yang ada di masjid tentu saja berbeda muatannya dengan MADING yang ada di jurusan. MADING di sekolah tentu beda dengan MADING kampus. Penetapan Karakter MADING sangat penting. Hal-hal seperti : Segmen Pembaca, Isu yang diusung, Jadwal Terbit, Gaya Bahasa adalah beberapa hal utama yang membuat MADING punya karakter yang menentukan pengelolaannya kedepan.
Tidak perlu bingung, untuk MADING pada tahap-tahap awal, mencontek karakter sebuah (sekali lagi –SEBUAH) – majalah atau tabloid adalah cukup efektif. Contoh : SABILI dengan karakter sedikit keras dan pedas, segmen pembacanya aktifis Islam, terbit dua minggu sekali, gaya bahasa blak-blakan, atau misal yang lain TARBAWI dengan karakter lembut (sehingga di kalangan penulis ada yang menyebut gaya bahasa TARBAWI), segmen pembaca masyarakat umum, terbit dua minggu sekali dst,dst,dst. Dan yang tak kalah penting JANGAN PERNAH MENIRU KARAKTER SURAT KABAR.
O ya, jangan lupa pula TENTUKAN MERK MADING !!!!
2. Susun Kepengurusan MADING
MADING profesional melibatkan orang-orang profesional, bukan sekedar orang yang punya hobi tempel-menempel. INGAT !!!! MENGELOLA MADING SAMA SULITNYA dengan MENGELOLA MEDIA LAIN.
Susunan kepengurusan seperti pemimpin redaksi, sidang redaksi, atau redaktur, ilustrator adalah contoh posisi-posisi vital dalam pengelolaan mading. Jadi jangan pernah remehkan posisi-posisi kepengurusan profesional di MADING,
Seperti yang dikatakan Aa’ Gym bahwa profesional adalah : BUKAN WAKTU SISA. Percayalah !!! MADING yang dikelola dengan waktu sisa, adalah MADING yang juga akan sekedar menjadi tempelan-tempelan yang kurang berarti.
3. Jangan remehkan Lay Out MADING
Disinilah keunikan MADING yang tidak dimiliki oleh media lain. Ada dua kali penataan layout MADING : pertama, perancangan ketika pengetikan (untuk yang dikerjakan dengan komputer) atau penulisan (untuk yang ditulis dengan tangan) dan kedua, perancangan susunan di MADING. Ada 5 (lima) urutan kerja yang penting untuk diikuti :
a. Buat sketsa penempelan tulisan-tulisan di mading sebagai acuan utama perancangan dan penempelan
Ada beberapa hal pula yang perlu diperhatikan ketika membuat sketsa ini :
Ø Ukuran MADING
Ø Ukuran kertas
Ø Jumlah Artikel yang hendak ditampilkan
Ø Gambar dan aksesoris lain
Ø Ruang kosong !!!!
b. Pengetikan, ukuran huruf, perpaduan antar lembaran
Catatan penting :
Walaupun dikerjakan terpisah, kalo bisa ada kesepakatan yang dipimpin oleh seorang penata Lay Out tentang bagaimana lembar-lembar itu seharusnya tampil.
SUMBANGAN dari KONTRIBUTOR sebaiknya diminta dalam bentuk file, sehingga bisa diedit oleh team MADING.
Kertas A4 jangan langsung ditempel begitu saja, apalagi kalau MADING-nya kecil. Space atas, bawah, kiri, kanan dari tulisan ke pinggiran kertas jangan terlalu jauh.
Dan satu lagi catatan yang juga harus diperhatikan : Panjang artikel di MADING sebaiknya tidak lebih dari 2 lembar kertas A4 (sekitar 1000 kata), karena dia akan dibaca sambil berdiri (kalau terlalu panjang kan capek !!!!)
c. Pemilihan warna dan aksesoris
Banyak yang terjebak untuk membuat MADING menjadi semarak dengan menambah warna-warna yang mencolok. Padahal MADING yang baik adalah MADING yang tampilannya sederhana dengan daya tarik pada aksesoris-aksesoris sederhana yang berkarakter kuat, misalnya : GARIS di sudut, BUNGA-BUNGA di sudut, GARiS memanjang di bagian bawah, warna mencolok di sisi kiri MADING (Ingat Teori OTAK KIRI dan OTAK KANAN)
d. Penempelan yang cermat
SERING penulis dapati, tampilan MADING terganggu dengan bekas lem yang menggembung di sudut kertas. Atau sudut-sudut yang tidak tertempel rapi karena pengeleman yang tidak merata.
Hati-hati !!! Kesan cermat pada pengelolaan MADING berpengaruh besar pada keasyikan membaca.
e. Penempatan MADING
Yang tak kalah penting adalah penempatan MADING, ketinggian, pencahayaan, ruang baca mampu memberikan kenyamanan tersendiri dalam membaca MADING.
MADING yang terlalu tinggi membuat pembaca harus mendongak hingga lelah, mengganggu keasyikan membaca MADING (INGAT PENELITIAN membuktikan PENGLIHATAN BAWAH lebih LUAS DARIPADA PENGLIHATAN ATAS). Atau cahaya matahari yang mengganggu juga harus diperhatikan.
4. Komersialisasi MADING
PASANG IKLAN di MADING ? Kenapa tidak ?
Teori advertising mengajarkan sebuah hal sederhana : Semakin tinggi rating pembaca, semakin efektif pula sebuah media untuk tempat promosi.
MADING yang profesional bahkan bisa hidup dari IKLAN. Pengelolaan IKLAN yang baik juga mencegah orang yang tidak bertanggung jawab menempelkan pengumuman seenaknya di MADING.
5. Buka Cabang MADING
Kenapa tidak? Biar mading kita lebih bervariasi.
6. Buka Jalur Interaktif MADING dengan pembaca
Perhatikan trend media saat ini. MEDIA INDONESIA yang dulu cuma surat kabar, kini melebarkan sayap dengan METRO TV. Group KOMPAS dengan Cyber KOMPAS. 99,9 FM dengan majalah NinetyNiners, Tabloid MQ, MQ FM, MQTV. Dll.
So, MADING profesional juga harus memperhatikan aspek pengembangan segmen pembaca. BANGUN SITUS MADING, (Sepengetahuan penulis belum ada satupun di Indonesia), BUKA EMAIL MADING, , cantumkan nomor hotline mading, buka kotakpos mading.
7. Buat Acara Jumpa Pembaca MADING dan pelatihan-pelatihan pengelolaan MADING
MADING yang baik adalah MADING yang dikelola dengan profesionalisme penuh. Hal yang paling susah dari marketing adalah maintenance.
Ketika anda sudah mempunyai pembaca setia, layani mereka dengan sepenuh hati, berikan insentif lebih karena membaca MADING anda. Kajian khusus bersama pembaca, polling pembaca adalah program-program pelengkap yang bisa membuat MADING anda semakin dikenal.
Jika MADING kita kelola dengan profesional, bukan tidak mungkin suatu saat kita bisa mengiklankan MADING kita di media lain.



SOURCE/THANKS TO :
http://madingn1sa.blogspot.com/2008/09/7-tips-mengelola-mading_22.html

Ibu, by Kahlil Gibran

Diposting oleh Member of Las Vegas A5 di 8:40 PM 0 komentar

Ibu adalah segalanya, dialah penghibur di dalam kesedihan.
Pemberi harapan di dalam penderitaan, dan pemberi kekuatan di dalam kelemahan.

Dialah sumber cinta, belas kasihan, simpati dan pengampunan.
Manusia yang kehilangan ibunya bererti kehilangan jiwa sejati yang memberi berkat dan menjaganya tanpa henti.

Segala sesuatu di alam ini melukiskan tentang susuk ibu.
Matahari adalah ibu dari planet bumi yang memberikan makanannya dengan pancaran panasnya.

Matahari tak pernah meninggalkan alam semesta pada malam hari sampai matahari meminta bumi untuk tidur sejenak di dalam nyanyian lautan dan siulan burung-burung dan anak-anak sungai.

Dan Bumi ini adalah ibu dari pepohonan dan bunga-bunga menjadi ibu yang baik bagi buah-buahan dan biji-bijian.
Ibu sebagai pembentuk dasar dari seluruh kewujudan dan adalah roh kekal, penuh dengan keindahan dan cinta.

Kawanku, by Kahlil Gibran

Diposting oleh Member of Las Vegas A5 di 8:37 PM 0 komentar


 Kawanku, aku bukanlah apa yang tampak padaku. Penampilan tidak lebih apa hanyalah pakaian yang kukenakan yakni kain yang melindungiku dari cecaran pertanyaanmu dan melindungimu dari kealpaanku.         
Aku” didalam diriku kawanku, mendekam dirumah keheningan, dan disana ia akan tinggal selamanya, tak teraba, tak terdekati.          Mustahil bagiku untuk membuatmu meyakini apa yang kukatakan atau mempercayai apa yang kulakukan-sebab kata-kataku hanyalah suara pikiranmu yang kusuarakan dan tindakanku adalah harapanmu yang diwujudkan.

Selasa, 13 November 2012

Mading

Diposting oleh Member of Las Vegas A5 di 12:19 PM 0 komentar

Mading kepanjangan dari kata majalah dinding merupakan suatu jenis komunikasi media masa tertulis yang sederhana. Mading merupakan contoh media masa dalam lingkup kecil seperti sekolah. Aspek sejarah Mading menjadi pelopor lahirnya sejumlah media masa di zaman sekarang ini. Pasa zaman kerajaan Romawi Kuno Mading berguna sebagai media informasi. Pada masa Yulius Caesar  memerintahkan anak buahnya untuk memasangacta diurna (papan pengumuman) di Forum Romanum (stadion Roma) pada tahun 59 sebelum Masehi. Pengertian majalah pada Mading merujuk pada penerbitan waktu yang berkala. Seperti waktu berkala mingguan, dwi mingguan hingga bulanan. Mading merupakan miniatur koran dalam segi pandangan isi rubrik dan perwajahan dalam bentuk halaman. Prinsip dasar mading yang dominan berupa majalah yang penyajian dalam bentuk terpampang di dinding atau menyerupai dinding. Isi penyajian mading berupa tulisan, gambar dan kombinasi antara keduanya dalam bentuk kolom-kolom. Terdapat berbagai macam-macam hasil karya, cerita, teka-teki silang, vignyet, karikatur, lukisan, dan semuanya disusun secara variatif dan menarik. Unsur-unsur tersebut memiliki keseimbangan visual dan verbal, nuansa pewarnaan, dan keseimbangan proporsional. 
Mading merupakan ragam prasaran berbentuk pers khusus yang digunakan dalam lingkunan sekolah. Susunan skema Mading menurut Widayat (1996) terdiri dari : (a) rubrik editorial atau tajuk rencana, (b) rubrik pemberitaan, (c) rubrik feature atau artikel karya ilmiah, (d) rubrik kreatif sastra, dan (e) rubrik umum.
Rubrik editorial atau tajuk rencana pers khusus Mading merupakan opini redaksi terhadap suatu permasalahan aktual dalam kehidupan sekolah atau masyarakat sehingga tercermin konsep pada editorialnya. Tajuk rencana pada Mading sekolah atau perguruan tinggi ditulis oleh guru atau tim guru yang telah ditunjuk. Tajuk rencana memiliki klasifikasi empat macam pertama, tajuk interpretasi kedua, tajuk kritik ketiga, tajuk persuasi dankeempat,tajuk pujian.
Tajuk interpretasi yang menyajikan paparan pendapat tentang suatu permasalahan yang sedang terjadi. Agar memperoleh opini publik dalam membentuk pandangan tertentu di lingkungan pembaca.
Tajuk kritik memaparkan penyajian berbentuk kritikan yang membangun pemikiran terhadap isu-isu keganjilan di lingkunagn pembaca. Sehingga terjadi perubahan wewenang oleh lembaga untuk kepentingan umum.
Tajuk persuasif memaparkan rencana ajakan bagi pembaca untuk melakukan suatu tindakan demi kepentingan umum. Misal mengajak pembaca untuk bertindak disiplin dalam kegiatan belajar di sekolahan.
Tajuk pujian menyajikan paparan yang membangkitkan tindakan kebersamaan dalam sikap tujuan tertentu. Misal paparan tentang seseorang yang berprestasi yang meraih kesuksesan tinggi dalam bidang profesinya.
Rubrik pemberitaan yaitu pemaparan berita-berita baik menyangkut kegiatan pendidikan sekolah atau luar sekolah. Ruang rubrik pemberitaan dalam lingkup bidang olahraga, pramuka, kesenian, PMR, laporan darmawisata, ujian, kegiatan perpustakaan dan sebgaianya. Isi berita disajikan menarik peminat pembaca dalam kegiatan-kegiatan pelaksanaan yang akan datang. Seperti pelaksanaan ujian tengah semester, ujian tengah semester, ujian akhir sekolah, ujian nasional hingga jadwal peringatan HUT Sekolah.
Rubrik feature atau artikel karya ilmiah  ini memiliki ruang lingkup wawasan pengetahuan yang sangat luas. Sehingga dalam artikel memiliki cabang pembagian seperti, artikel ilmiah populer, artikel budaya, artikel politik, artikel olahraga, dan artikel penunjuk proses suatu cara untuk melakukan suatu hal kegiatan. Sedangkan dalam feature atau karangan yang dilengkapi data dan rangkaian penjelasan mengenai suatu ilmu pengetahuan untuk diperaktekan. Sehingga karangan tersebut menjadi menarik untuk dibaca dan mencoba mengkaji dengan mempraktekannya. Berbagai macam bentukfeature atau karangan diantaranya sketsa humor, sketsa kehidupan para tokoh ternama, dokumen biografi dan autobiografi yang objektif, sejarah menarik, perjalanan kisah pengalaman seseorang, dan analisis yang bersifat inofatif.
Rubrik kreatif sastra yang meliputi drama, esai, cerpen, hikayat, lirik lagu, puisi, pantun dan lain-lain.
Rubrik umum bisa berisikan anekdot, surat pembaca, TTS dalam rangka meningkatkan minat membaca bagi para siswa sekolah. Guru memberikan tugas kepada siswa-siswa untuk mengutip dan mengembangkan karya orang lain di majalah untuk ditempelkan di Mading.
Mading memiliki sarana pelengkap untuk dunia jurnalistik dengan biaya media yang murah di lingkungan sekolah. Dalam pembuatan Mading tidak terlalu sulit ataupun rumit karena keterbatasan materi. Media Mading dapat dijumpai di tempat-tempat seperti sekolah, kampus bahkan tempat ibadah juga ada. Persyaratan pembuatan Mading mengalami kemajuan yang dahulu ditulis dengan tulisan indah oleh tangan sekarang bisa diketik pakai komputer yang lebih menarik. Mading mengikuti perkembangan dunia teknologi dengan sistem penulisan komputerisasi. Penataan pembuatan Mading menyamai surat kabar seperti penulisan kolom yang terlihat memikat untuk dibaca. Adapun bagian-bagian lengkap Mading yang diterbitkan di sekolah seperti berikut:
Nama Mading yang dilengkapi visi, motto, alamat, dan nomor edisi.
Redaksional
Daftar isi
Penghantar redaksi
Tajuk rencana
Berita sekolah atau dunia pendidikan
Reportase 
Karya sastra (pantun, puisi, cerpen, cerber, dan lain sebagainya)
Feature
Opini
Artikel, tips, dan lain-lain
Pojok
Karikatur, kartun, vignyet, ilustrasi, gambar, dan foto-foto
Dalam pemberian sebuah nama Mading dilakukan penentuan dalam rapat  oleh anggota-anggota redaksi
Mading yang melibatkan pembina atau pengelola Mading. Setelah nama Mading terbuat sesuai kesepakatan bersama kemudian diikuti  dengan perumusan visi atau motto mading. Bahan dan peralatan Mading yang digunakan sebelumnya juga tersedia dengan rapih. Termasuk juga terbitan-terbitan yang sudah dimuat dalam Mading harus diarsipkan dan disimpan secara terperinci. Hal-hal yang diperlukan dari peralatan dan bahan dalam pembuatan Mading adalah sebagai berikut:
Box atau tempat penyimpanan arsip-arsip Mading
Kotak karya sebagai wadah karya para siswa yang akan dimuat di Mading
Background atau kertas landasan baik kertas manila atau asturo yang berwarna atau tidak berwarna, dengan ukuran yang disesuaikan luas mading, umumnya 110 x 80 cm.
Kertas HVS (lebih utama yang berwarna bisa juga memakai kertas asturo tergantung kreativitas yang diinginkan)
Alat-alat tulis seperti pensil, spidol, dan penghapus
Lem
Gunting atau pisau cutter
Penggaris ukuran panjang atau pendek
Komputer sebaiknya dengan alat print berwarna

Seperti majalah pada umumnya Mading juga memiliki awak redaksi yang bergeulut menguasai dalam bidang tulis-menulis. Untuk mencapai kesuksesan dan semangat berkreasi bagi para siswa dalam mengurusi redaksional Mading terbagi menjadi pimpinan redaksi Mading, wakil pimpinan redaksi Mading, sekretaris redaksi Mading, reporter Mading, dan penata letak Mading.
Pimpinan Redaksi Mading
Memiliki tanggung jawab utama dalam penerbitan suatu Mading secara berkala, melakukan koordinasi tim dan konsolidasi dengan pembina. Dalam memenuhi aspek kebutuhan atau kesulitan dalam penerbitan, serta mencari penyelesaian masalah dilakukan dengan memimpin rapat redaksi.
Wakil Pimpinan Redaksi Mading
Memiliki tanggung jawab menggantikan posisi pimpinan redaksi ketika berhalangan hadir dalam rapat. Selain itu bertugas membantu pimpinan redaksi untuk mengecek kesempurnaan penerbitan Mading.
Sekretaris Redaksi Mading
Bertugas pengelolaan administrasi yang bersifat redaksi seperti surat-menyurat, biaya operasional redaksi, dan honorium. Memeriksa kesiapan redaksi sebelum menyerahkan kepada pimpinan redaksi Mading atau wakil pimpinan redaksi Mading.
Reporter Mading
Melakukan tindak kerja lapangan dengan meliput sutu kejadian yang sedang berlangsung dengan keterang-keterangan terpercaya. Hasil dari liputan itu ditulis dan diselesaikan sesuai kebijakan tenggat waktu terbit yang akan dimintai pertanggungjawaban kepada pimpinan redaksi Mading dan wakil pimpinan redaksi Mading.
Penata Letak Mading
Mengatur perencanaan tata letak visual baik berupa teks atau gambar media sehingga terlihat menarik. Penataan letak juga sesuai kebijakan redaksi yang hasil kerjanya akan diminta oleh pimpinan redaksi atau wakil pimpinan redaksi.
Masih banyak lagi bagian-bagian penyempurnaan selain yang disebutkan di atas seperti distributor, fotografer, ilustrasi dan sebagainya dalam Mading. 

Pada dasarnya mading dikelola secara sederhana yang biasa kita temui di sekolah tingkat dasa hingga tingkat atas. Semakin hari Mading ini dapt ditemui dan dipajang oleh lembaga-lembaga seperti kantor balai desa, kantor bupati dan lain-lain. Bahkan ditempat-tempat umum terpajang seperti di halte, terminal, stasiun kereta api dan lain sebagaianya. Format Mading disusun secara sederhana yang meliputi bentuk, penampilan, pengelolaan hingga keterbatasan ruang kolom yang disediakan. Hal ini untuk melatih dan mengenalkan kepada anak didik untuk mencoba berkarya dalam meningkatkan tulisan mereka. 
Kesederhanaan Mading terlihat dalam lembaran yang ditampilkan tidak seperti koran yang berlipat ataupun buku majalah yang kita kenal. Selain itu kesederhanaan mading dapat dirasakan ketika membaca Mading secara sepintas dan mudah dimengerti tanpa membuag-buang waktu. Jarak ukuran membaca mading dari mata kita bisa lebih dari 30 cm hal itu dikarenakan hiasan tulisan yang menarik dalam ukuran besar. Dilengkapi juga dengan gambar-gambar pada kolom ruangan yang bertujuan untuk memberi warna sehingga tidak terasa jenuh. Selain itu warna cover dasar yang menarik pembaca yang telah dilirik oleh orang yang yang melintas.

Perwajahan atau yang biasa kita sebut lay out dipoles dengan rupa cantik yang sedemikian rupa. Ditinjau dari tulisan Mading berupa tulisan-tulisan segar, tulisan-tulisan hangat, tulisan-tulisan baru, dan tulisan-tulisan yang belum banyak dibaca oleh orang. Ruangan kolom pengantar redaksi Mading ditulis oleh guru pembimbing atau pengelola Mading. Kolom berita bisa diisi oleh tulisan guru atau siwa-siswa (wartawan sekolah). Begitu juga dengan kolom-kolom lain yang diisi oleh yang ahli dalam bidang Mading. Tempelan teks Mading yang baik adalah yang isinya bukan guntingan atau jiplakan dari koran atau majalah sungguhan. Kemudian judul berita atau kepala berita Mading yang menarik dan bisa merangkum dari keseluruhan isi yang telah tertampil berbeda-beda.

Dalam perkembanganya mading telah berubah sangat maju itu terlihat dari adanya mading 2D hingga 3D (3 dimensi). Perkembangan yang spektakuler dan interaktif terlihat dari bentuk yang menarik, bisa bergerak, bersuara, dan mengeluarkan cahaya warna-warni. Sehingga mading tidak hanya komunikasi interaktif tapi juga fun.

Jurnalistik?!

Diposting oleh Member of Las Vegas A5 di 12:14 PM 0 komentar
Dalam perkembangan jurnalistik, terkait penentuan jurnalis pertama dan kapan kegiatan jurnalistik pertama dilakukan, para ahli senantiasa merujuk pada Romawi masa Julius Caesar (100-44 SM). Jules meneruskan tradisi raja-raja terdahulu untuk menyiarkan kabar mengenai keputusan senat di papan pengumuman, Acta Diurna. Jules berpikir, walaupun kekuasaannya tanpa batas, ia harus mendapatkan inisiasi dari publik Roma.
Istilah Jurnalis
Sejak saat itu, dikenal istilah Jurnalis yang berasal dari kata diurnalis atau mereka yang menjadi juru tulis senat. Padahal, jika para ahli sains percaya adanya agama, perkembangan jurnalistik sudah ada pada masa sebelum Jules. Misalnya, catatan Eumenes, 363 SM. Ia telah membuat kisah orang-orang ternama masa itu, dari Alexander yang agung sampai Aristoteles. Lebih jauh lagi beribu tahun ke belakang adalah masa Nabi Nuh.
Konon, saat banjir besar menghantam bumi atau berakhirnya zaman es, riak jurnalistik sudah terbangun. Nabi Nuh AS membutuhkan kabar yang akurat dan faktual tentang kondisi daratan. Dikirimlah jurnalis dadakan, namun bisa dipercaya karena memiliki kemampuan "radar magnetis" dan otak kecil alat navigasi di hidungnya. Ya, burung merpati.
Si Merpati barangkali pangkatnya seorang reporter investigasi yang diminta mencari tahu kadar kesurutan air. Merpati terbang berkeliling hingga menemukan ranting zaitun yang menyebul di lautan. Ranting itu dipatuk, lantas dibawa sehingga Nabi Nuh mengetahui kabar akurat mengenai surutnya air.
China
Pada perkembangan selanjutnya, tradisi tulisan berlanjut di China. Surat kabar pertama pun lahir, King Pao. Surat kabar yang mengabarkan titah kaisar. Lantas, jurnalis tulis menulis sedikit surat di zaman kegelapan Eropa walaupun mendapat tempat manis di Asia. Pada masa itu, orang Eropa mengandalkan para penyair dari hall ke hall untuk mengabarkan kisah para raja dan pahlawan.
Perkembangan berarti berlangsung pada abad pertengahan. Yakni, hadirnya mesin cetak. Guttenberg (1450), dengan izin Tuhan, benar-benar merevolusi dunia. Kehadiran mesin cetak telah membawa jurnalisme ke titik 100 persen. Kemudian, lahir media massa pertama di Eropa yang tidak ditujukan untuk para raja semata. Yakni, Gazzeta di Venesia.
Sebagaimana umumnya kota Italia yang menganggap raja atau doge sebagai patron, kota dan para pengurusnya bersikap mandiri. Kemandirian informasi di Venesia inilah yang melahirkan Gazzeta.
Amerika
Di Amerika Utara, perkembangan pers mengikuti sejarah unik penjajahan Inggris pada dataran kolonialnya. Orang kolonial Amerika Utara itu, bahkan, memulihkan nama journalism sebagai kegiatan pencarian berita. Sementara di tanah Inggris sendiri, lahir Oxford Gazzete. Nama newspapper mulai digunakan menggantikan Gazzete yang berbau pizza Italia.
Pada masa awal revolusi Industri, masa Descartes usai mencerahkan Eropa dengan filsafat ilmunya, jurnalistik mulai dipandang sebagai ilmu baru di ranah sosial. Karl Bucher dan Max Weber di Universitas Basel Swiss memperkenalkan cabang baru ilmu persuratkabaran, Zeitungkunde pada 1884.
Di Amerika Utara, lahirlah sekolah beken dalam urusan jurnalis, Columbia School of Journalism pada 1912 oleh Joseph Pulitzer. Pada abad ke-20, kepakaran dan profesi semakin mencair. Ilmu dan teori jurnalisme semakin berkembang, kode etik dilahirkan, teknik pemberitaan diperluas. Nama-nama harum, seperti Hunter S. Thompson, Hearst, atau Tom Wolfe, mengembangkan jurnalisme sebagai teknik dan konglomerasi.

 

It's Our Journal Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea